Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Selamat beribadah puasa. Mohon maaf lahir dan bathin.

Sabtu, 17 September 2011

Berhenti Merokok Lebih Cepat Berhasil Jika Didampingi Dokter

img
Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tapi perokok dengan kecanduan lain atau memiliki gangguan mental yang menyertai akan lebih berhasil berhenti jika diikuti dengan konseling oleh dokter.

Survei menemukan sekitar 4 dari 10 perokok memiliki kecanduan lain seperti alkohol dan obat serta gangguan mental. Kondisi ini membuat pecandu rokok memiliki tantangan yang sangat besar untuk bisa lepas dari ketergantungan.

Namun studi baru menemukan pasien dengan kecanduan lain ini bisa 5 kali lebih mungkin untuk berhenti merokok jika ia menerima konseling dari dokter yang memberikan perawatan utamanya.

"Membantu mereka melepaskan diri dari kebiasaan merokok tidak hanya meningkatkan kesehatan tapi juga mengurangi biaya perawatan kesehatan yang terkait dengan rokok," ujar Dr Michael Ong dari Jonsson Comprehensive Cancer Center di University of California, Los Angeles, seperti dikutip dari HealthDay, Sabtu (27/8/2011).

Dr Ong menuturkan hal ini sangat efektif jika dokter di perawatan primer memberikan bantuan pada pasien yang ingin berhenti merokok. Tapi konseling yang dilakukan sebaiknya bersifat kontinu, karena jika hanya sekali maka perokok akan sangat mudah untuk kembali merokok.

"Kami menunjukkan bahwa konseling merokok bisa menjadi cara menghentikan rokok yang efektif, dokter hanya harus mengambil satu hal pada satu waktu seperti hal mana yang harus diutamakan terlebih dahulu," ujar Dr Ong.

Dalam studi ini Dr Ong dan tim melihat tingkat kesuksesan diantara hampir 1.400 perokok yang mencoba untuk berhenti. Hasil yang didapatkan sekitar 6 persen perokok dengan gangguan kormobid (kecanduan lain atau penyakit mental yang menyertai) berhasil berhenti tanpa bantuan koseling, dan sekitar 10,5 persen perokok tanpa kecanduan lain bisa berhenti tanpa bantuan konseling.

Tapi hasil yang jauh berbeda didapatkan, sekitar 31 persen perokok dengan gangguan kormobid yang menerima konseling berhasil berhenti, sedangkan perokok yang tidak disertai gangguan kormobid sekitar 35 persen berhasil berhenti.

Hasil penelitian ini sudah diterbitkan pada 23 Agustus 2011 dalam jurnal Nicotine & Tobacco Research.



Sumber
Baca Selanjutnya...

Merokok untuk Gaya-gayaan Tetap Berisiko Bagi Kesehatan

img
Beberapa orang ada yang merokok hanya sebagai gaya-gayaan saja agar bisa diterima di lingkungan tertentu, atau disebut dengan social smoking. Tapi bukan berarti perokok jenis ini tidak berbahaya, karena tetap saja ia memiliki risiko terhadap penyakit.

Social smoking kini tengah menjadi julukan baru bagi generasi sekarang. Pola merokoknya terbatas pada pengaturan sosial seperti di bar, pub, klub malam, saat berkumpul dengan teman-teman atau acara musik. Hal ini dilakukan agar ia diterima oleh lingkungannya atau hanya sekedar gaya.

Tapi sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang merokok hanya pada kondisi lingkungan tertentu ini tetap memiliki risiko kesehatan yang sama dengan orang yang merokok rutin.

Hasil studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine menemukan tidak ada level aman yang diketahui dari konsumsi rokok. Bahkan jika seseorang hanya merokok beberapa batang dalam seminggu tetap saja menempatkan risiko tertentu bagi kesehatan.

Berikut ini adalah beberapa bahaya kesehatan yang terkait dengan merokok ringan atau tidak konsisten merokok, seperti dikutip dari Lifemojo, Jumat (16/9/2011) yaitu:
  1. Peningkatan risiko untuk penyakit jantung
  2. Mengalami tekanan darah tinggi
  3. Kolesterol tinggi dan arteri tersumbat
  4. Infeksi saluran pernapasan
  5. Memiliki kualitas dan produksi sperma yang buruk serta menyulitkan proses pembuahan
  6. Lebih lambat dalam proses pemulihan cedera
  7. Berisiko terhadap beberapa jenis kanker seperti paru-paru, esofagus dan pankreas.
Mencoba berhenti dari social smoking sama sulitnya dengan orang yang merokok secara teratur. Meski begitu ada beberapa hal yang bisa dilakukan dan dilatih dari hari ke hari untuk berhenti merokok, yaitu:
  1. Cobalah untuk menghindari perokok lain, karena umumnya ia akan merokok jika ada orang lain yang merokok sehingga jika mengurangi pemicunya akan berdampak pada pengurangan rokok yang drastis.
  2. Mengubah pola sosial dengan membatasi pergi ke tempat atau lingkungan seperti bar dan pesta yang bisa menjadi pemicu.
  3. Cobalah mencari hal lain yang bisa dilakukan jika ada orang yang merokok, seperti mengunyah permen karet.Menghindari alkohol, karena setelah mengonsumsi minuman alkohol akan meningkatkan keinginan untuk merokok.
  4. Mendaftarkan diri ke support group, kelompok ini nantinya bisa saling berbagi cerita dan menemukan solusi untuk mengatasi social smoking.
Sumber
Baca Selanjutnya...

Laki-laki Perokok Lebih Lambat Merespons Rangsang Seksual

img
Impotensi merupakan salah satu efek buruk nikotin yang selalu tercantum dalam bungkus rokok. Meski kadang-kadang bisa disembuhkan, laki-laki yang benar-benar berhenti merokok akan lebih mudah terangsang dan mencapai kepuasan seksual.

Asal belum memicu kerusakan permanen pada sistem reproduksi, fungsi seksual laki-laki akan membaik ketika mulai berhenti merokok. Manfaatnya akan jauh lebih baik jika laki-laki tersebut sudah benar-benar berhenti merokok, dibandingkan yang masih sesekali merokok.

Hal ini dibuktikan dalam penelitian Christoper Harte dari VA Boston Healthcare System, terhadap 65 laki-laki yang mengikuti program berhenti merokok selama 8 pekan. Seluruh partisipan yang dilibatkan merupakan penderita impotensi yang punya masalah susah ereksi.

Bersama timnya, Harte melakukan eksperimen di awal, pertengahan dan akhir penelitian. Para partisipan diminta menonton film dewasa, lalu diminta mengisi kuisioner untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk ereksi dan berapa diameter alat vitalnya saat menegang.

Hingga akhir penelitian, hanya ada 20 partisipan yang benar-benar berhenti merokok dalam kurun waktu sedikitnya 1 pekan. Sisanya sebanyak 45 laki-laki masih merokok sekali waktu, meski frekuensinya sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya.

Dari hasil pengisian kuesioner, para partisipan yang benar-benar berhenti merokok menunjukkan kemajuan yang lebih pesat terkait fungsi ereksinya. Pada kelompok ini, ereksi terjadi lebih cepat dibandingkan yang masih merokok, demikian juga diameter ereksinya juga lebih besar.

"Di luar laboratorium, perubahan ini mungkin kurang disadari para laki-laki perokok. Hasilnya juga akan tergantung pada hubungan dengan partner seksualnya," ungkap Harte seperti dikutip dari Reuters, Kamis (15/8/2011).

Berbagai penelitian sebelumnya memang menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memberi pengaruh buruk pada fungsi ereksi. Nikotin memicu penyumbatan pada pembuluh darah yang mengalir ke alat vital, sehingga aliran darahnya berkurang dan menjadi susah ereksi.



Sumber
Baca Selanjutnya...