Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Selamat beribadah puasa. Mohon maaf lahir dan bathin.

Jumat, 03 Juni 2011

Kelainan Seksual, Apa Penyebabnya?

Istilah paraphilia (kelainan seksual) pertama kali disebut oleh seorang psikoterapis bernama Wilhelm Stekel dalam bukunya berjudul Sexual Aberrations pada tahun 1925. Paraphilia berasal dari bahasa Yunani, para berarti "di samping" dan philia berarti "cinta".

Definisi mengenai paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres yang berbahaya) yang meyakinkan secara klinis atau kerusakan dalam masyarakat, pekerjaan atau area fungsi-fungsi lainnya.

Paraphilia terdiri atas sembilanjenis, sebagian besar sudah dikenal di kalangan masyarakat luas.

1. Ekshibisionisme: mempertunjukkan alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan kenikmatan seksual.

2. Fetisisme: umumnya menggunakan benda-benda khas wanita seperti bra, celana dalam, untuk mendapatkan kenikmatan seksual.

3. Froteurisme: kenikmatan seksual dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan ke bagian sensitif orang yagn sedang tidak memperhatikan di tempat yang berdesakan.

4. Pedofilia: aktivitas seksual dengan anak-anak.

5. Masokisme seksual: kenikmatan seksual diperoleh jika secara fisik dilukai, diancam, atau dianiaya.

6. Sadisme seksual: kebalikan dari masokisme, yaitu kenikmatan seksual diperoleh jika menyebabkan penderitaan fisik maupun psikis pada mitra seksual.

7. Fetisisme transvestik: dorongan seksual diperoleh dengan berpikir atau berimajinasi sebagai wanita, mengenakan baju wanita.

8. Veyourisme: kenikmatan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang mengganti atau menanggalkan pakaiannya, telanjang, atau sedang beraktivitas seksual.

9. Paraphilia yang tak terdefinisikan, terdiri dari berpuluh-puluh jenis kelainan seksual lainnya, seperti nekrofilia (perilaku seksual dengan mayat), bestialiti (perilaku seksual dengan binatang), dan lain-lain.

Penyebab

Seperti dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya Abnormal Psychology, lebih dari 90 persen penderita paraphilia adalah pria. Hal ini tampaknya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita.

Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab paraphilia, menunjukkan hasil tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan paraphilia disebabkan ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya.

Di sisi lain, penyalahgunaan obat dan alkohol ditemukan sangat umum terjadi pada penderita paraphilia. Obat-obatan tertentu tampaknya memungkinkan penderita paraphilia melepaskan fantasi tanpa hambatan dari kesadaran.

Paraphilia menurut perspektif teori perilaku merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, berkembangnya bestialiti mungkin terjadi sebagai berikut: Seorang remaja laki-laki melakukan masturbasi dan memperhatikan gambar kuda di dinding. Dengan demikian mungkin berkembang keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan kuda, dan menjadi sangat bergairah dengan fantasi demikian.

Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan bestilialiti.

Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.

Banyak penderita pedofilia yang miskin dalam keterampilan interpersonal, dan merasa terintimidasi bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak 


Sumber Baca Selanjutnya...

Tanda-tanda Penyimpangan Orientasi Seksual

img
Beberapa orang terkadang tidak bisa mengetahui dengan pasti apa orientasi seksualnya, normal atau justru menyimpang. Bagaimana cara mengetahui apakah orientasi seksual kita normal atau tidak?

Menentukan orientasi seksual bisa menjadi pengalaman yang membingungkan. Hal ini karena beberapa orang kadang mengalami perubahan pandangan terhadap orientasi seksualnya.

Seseorang yang memiliki orientasi seksual normal akan menyukai lawan jenisnya, tapi tidak dengan orang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual seperti gay, lesbian atau biseksual.

Seperti dikutip dari eHow, Selasa (21/12/2010) ada beberapa hal yang bisa diketahui jika seseorang memiliki orientasi seksual yang menyimpang, yaitu:

1. Punya perasaan yang berubah-ubah terhadap lawan jenis
Seseorang merasa menjadi orang yang berbeda dibandingkan masa lalu. Contohnya, dulu punya ketertarikan dengan lawan jenis tapi sekarang rasa seperti itu sudah tidak ada.

Jika seseorang merasa seolah-olah selalu menjadi orang yang berbeda perasaannya terhadap sesama jenis maka ada kemungkinan ia memiliki orientasi seksual gay atau lesbian.

2. Tidak mempedulikan stereotip atau pandangan orang lain
Orang seperti ini cuek terhadap pandangan orang lain dan tidak mau tahu penilaian orang terhadap orientasi seksnya. Mereka lebih berani menunjukkan status seksnya yang tidak normal.

3. Memahami perilaku 'gay' dan 'straight' (normal).
Orang seperti ini biasanya tahu ketika punya perasaan tertarik dengan sesama jenis tapi tidak ada rasa itu dengan lawan jenisnya. Beberapa orang terkadang memiliki kedua perasaan tersebut (biseksual).

4. Kenali perasaan terdalam yang dimiliki
Jika orang tersebut memiliki keinginan seks yang lebih kuat dibanding perasannya terhadap orang berjenis kelamin sama. Biasanya orang seperti ini lebih terangsang melihat sesama jenis ketimbang lawan jenis.

5. Fantasi seks saat melakukan masturbasi
Ketika melakukan masturbasi, ia menemukan dirinya berfantasi melakukan hubungan seks dengan orang yang berjenis kelamin sama dan sering tidak bisa mencapai klimaks ketika berfantasi dengan orang yang berlawanan jenis.

6. Merasa malu jika melihat adegan ciuman sesama jenis
Ketika menonton televisi, seseorang merasa malu saat melihat adegan telanjang atau ciuman dari orang yang berjenis kelamin sama.

Penyimpangan seksual seperti gay atau lesbi bukan hanya sebatas fisik saja tapi juga perasaan jatuh cinta yang mendalam dengan orang berjenis kelamin sama.

Kondisi ini umumnya tidak terjadi dalam waktu singkat, tapi dibutuhkan jangka waktu tertentu atau akibat trauma masa lalu. Jika mengalami beberapa hal tersebut, tak ada salahnya untuk konsultasikan dengan ahlinya.


Sumber Baca Selanjutnya...

10 Perilaku Kelainan Seksual

img
Perilaku seks yang tidak wajar dialami beberapa orang yang mengalami kelainan seks atau yang disebut paraphilias. Salah satu contohnya mempertontonkan organ kelamin kepada orang lain yang tidak ingin melihatnya.

Paraphilias adalah perasaan seksual atau perilaku yang dapat melibatkan mitra seksual yang tidak manusia, tanpa izin, atau yang melibatkan penderitaan atau siksaan oleh satu atau kedua pasangan.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (dikenal sebagai DSM) edisi keempat revisi (DSM-IV-TR), panduan yang digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk mendiagnosis gangguan mental, suatu kondisi yang tidak umum pada seseorang yang memiliki lebih dari satu paraphilia.

Seperti dilansir dari minddisorders.com, Jumat (9/4/2010), DSM-IV-TR menyebutkan paraphilia terdiri dari berbagai jenis, yaitu eksibisionisme, fetisisme, frotteurisme, pedofilia, masokisme seksual, sadisme seksual, fetisisme transvestic dan voyeurisme.

DSM-IV-TR juga mengategorikan paraphilia yang tidak umum, seperti necrophilia, bestialitas, dan lain-lain.

1. Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah kelainan seks yang suka memperlihatkan organ kelamin kepada orang lain yang tidak ingin melihatnya. Dalam beberapa kasus, orang dengan eksibisionisme juga suka melakukan autoeroticism (praktek seksual merangsang diri sendiri atau masturbasi) sambil memperlihatkannya kepada orang lain.

Secara umum, tidak ada kontak yang dilakukan dengan korban, si eksibisionisme terangsang secara seksual dengan mendapat perhatian dan mengejutkan orang lain dengan tindakannya.

2. Fetisisme
Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan seksual dengan menggunakan obyek bukan manusia, paling sering pakaian dalam perempuan, sepatu, stocking, atau item pakaian lainnya.

3. Frotteurisme
Orang dengan gangguan ini sering menggosok-gosokkan organ kelaminnya kepada orang lain yang tidak menginginkannya. Perilaku ini sering dilakukan pada saat sibuk, di tempat ramai seperti dalam bus atau di kereta yang penuh sesak.

4. Pedofilia
Pedofilia melibatkan aktivitas seksual dengan anak kecil, umumnya di bawah usia 13. DSM-IV-TR mendeskripsikan kriteria orang dengan pedofilia berusia diatas 16 tahun, dan setidaknya 5 tahun lebih tua dari si anak yang dijadikan obyek seksualnya.

Orang dengan pedofilia bisa tertarik dengan anak laki-laki atau perempuan, walaupun hampir dua kali lipat ketertarikan lebih banyak pada anak laki-laki. Biasanya orang dengan gangguan ini mengembangkan prosedur dan strategi untuk mendapatkan akses dan kepercayaan anak-anak.

5. Seksual masokisme
Masokisme adalah istilah yang digunakan untuk kelainan seksual tertentu, namun yang juga memiliki penggunaan yang lebih luas. Gangguan seksual ini melibatkan kesenangan dan kegembiraan yang diperoleh dari rasa sakit pada diri sendiri, baik yang berasal dari orang lain atau dengan diri sendiri.

Gangguan ini biasanya terjadi sejak kanak-kanak atau menginjak remaja yang sudah mulai kronis. Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan dengan mengalami rasa sakit. Masokisme adalah satu-satunya kelainan paraphilia yang dialami oleh perempuan, sekitar 5 persen makosis adalah perempuan.

Istilah ini berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch, yang novelnya sering menyebutkan karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit.

Dalam arti lebih luas, masokisme mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau kepuasan dari penderitaan sakit. Pandangan psikoanalitik bahwa masokisme adalah agresi berbalik ke dalam, ke diri, ketika seseorang merasa terlalu bersalah atau takut untuk mengungkapkannya secara lahiriah.

6. Seksual sadisme
Seorang individu sadisme mencapai kepuasan seksual dengan menyakiti orang lain. Dalam teori psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut pengebirian, sedangkan penjelasan perilaku sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan sadisme dan masokisme) adalah perasaan secara fisiologis mirip dengan gairah seksual.

Kriteria diagnostik klinis untuk kedua gangguan ini adalah pengulangan dari perilaku selama setidaknya enam bulan, dan kesulitan yang signifikan atau penurunan kemampuan untuk berfungsi sebagai akibat dari perilaku atau terkait dorongan atau fantasi.

Sadomasokisme bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik heteroseksual dan hubungan homoseksual.

7. Transvestic fetisisme
Gangguan ini dicirikan dengan laki-laki heteroseksual yang mengenakan pakaian perempuan untuk mencapai respons seksual. Gangguan ini dimulai pada saat remaja dan masih diam-diam (tanpa ingin diketahui orang lain), dan kemudian saat beranjak dewasa mulai berpakaian perempuan lengkap dan di depan umum.

Sebagian kecil laki-laki dengan transvestic fetisisme mungkin mengalami dysphoria (ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya), yang kemudian melakukan pengobatan hormonal atau operasi pergantian kelamin untuk membuat mereka hidup secara permanen sebagai perempuan.

8. Voyeurism
Voyeurisme adalah paraphilia di mana seseorang menemukan kenikmatan seksual dengan menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang, membuka baju, atau melakukan seks. Gangguan ini terjadi pada laki-laki dan yang menjadi obyek biasanya orang asing.

Orang dengan voyeurisme atau voyeur berfantasi melakukan hubungan seks dengan korbannya, tetapi ia tidak benar-benar melakukan itu. Voyeur mungkin mengintip orang asing yang sama berulang-ulang, tapi jarang ada kontak fisik.

9. Bestialitas
Bestialitas atau zoophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seks yang melibatkan hewan. Perasaan seksual orang dengan bestialitas mungkin berfokus pada hewan piaraan seperti anjing, atau hewan ternak seperti domba atau kambing.

10. Necrophilia
Necrophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seksual melibatkan mayat 


Sumber Baca Selanjutnya...

Rabu, 01 Juni 2011

Hasil Terapi Kanker Nasofaring Bisa Dipantau dari DNA Virus

img
Dalam pengobatan kanker diperlukan pemantauan untuk tahu apakah terapinya berhasil atau tidak. Untuk kanker nasofaring, peneliti UI menuturkan bahwa pemantauan terhadap respons terapi ini bisa dilihat dari DNA virus EBV.

Salah satu faktor risiko dari kanker nasofaring adalah adanya infeksi oleh Epstein-Barr Virus (EBV), diketahui EBV menggunakan manusia sebagai inang untuk tempatnya hidup yaitu di epitel nasofaring dan limfosit B.

"EBV mempunyai potensi onkogenik, karena ia mengubah sel terinfeksi menjadi sel ganas melalui beberapa mekanisme," ujar Yurnadi dalam acara promosi doktor FKUI atas nama dirinya di Ruang Sena Pratista Sutomo Tjokronegoro, FKUI, Rabu (1/6/2011).

Disertasi Drs Yurnadi, MKes yang berjudul 'Analisis Polimerfisme Gen Plymeric Immunoglobulin Receptor dan T Cell Receptor Beta Serta Hubungannya dengan Eksistensi DNA Epstein-Barr Virus Sebagai Pemantau Respon Terapi Pada Penderita Karsinoma Nasofaring' telah dinyatakan lulus dengan nilai A dan dinobatkan sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Biomedik.

Yunardi menuturkan terapi yang digunakan untuk mengobati kanker nasofaring tergantung dari stadiumnya, jika masih berada dalam stadium 1-2 maka pengobatannya melalui radiasi saja. Tapi jika sudah masuk ke stadium 3-4 maka pengobatannya gabungan antara radiasi dan kemoterapi.

Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dari terapi yang diberikan bisa dilihat dari keberadaan (eksistensi) DNA-EBV pada saliva dan juga serum pasien kanker nasofaring.

Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh Yurnadi terhadap 102 pasien kanker nasofaring dari Departemen Radiologi FKUI/RSCM dan juga Departemen Ilmu Penyakit THT-KL FKUI/RSCM.

Pasien yang terlibat dalam studi ini terdiri dari 67 laki-laki dan 35 perempuan dengan variasi usia yang meliputi pasien stadium 1, 2, 3, 4, residif serta pasien yang belum diketahui stadiumnya.

Dalam studi sebelumnya diketahui bahwa banyaknya DNA EBV yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah berhubungan dengan ukuran dari tumor, karenanya eksistesi DNA EBV sebelum dan setelah terapi berhubungan dengan besarnya tumor.

Pada pengukuran awal atau sebelum terapi DNA EBV pada penderita kanker nasofaring stadium lanjut yaitu 3 dan 4 terdeteksi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien stadium awal yaitu 1 dan 2.

Setelah melakukan terapi ditemukan adanya penurunan eksistensi DNA EBV pada serum dan saliva pasien. Penurunan yang tinggi ditemukan di saliva yaitu mencapai 64 persen, sedangkan pada serum hanya mencapai 34,6 persen.

"Penurunan DNA EBV pada saliva bisa disebabkan oleh hilangnya atau terjadi pengecilan tumor nasofaring sesudah radioterapi, sehingga DNA virus yang dilepaskan ke saliva berkurang," ujar Yurnadi yang berhasil menyelesaikan sidang disertasinya dengan nilai A.

Yurnadi menambahkan penurunan eksistensi DNA EBV pada saliva yang lebih cepat mengindikasikan bahwa perubahan dari keberadaan DNA virus ini di saliva lebih informatif dalam memberikan gambaran efektivitas terapi.

"Sedangkan jika pasien sudah dinyatakan sembuh dalam waktu beberapa lama dan masih ditemukan eksistensi DNA EBV dalam kadar yang tinggi berarti pasien tersebut mengalami kekambuhan," ungkapnya.

Yurnadi menyarankan untuk perlu dilakukan pemantauan eksistensi DNA EBV pada pasien kanker nasofaring dengan real time PCR (q-PCR) untuk memonitor lebih spesifik efektivitas terapi yang diberikan.

Kanker nasofaring merupakan penyakit multifaktorial terutama disebabkan oleh faktor genetik, infeksi virus dan faktor lingkungan lain seperti makanan, jelaga dan debu. Umumnya kanker ini tidak memiliki gejala yang khas hingga ia mencapai stadium lanjut yang ditandai dengan mata juling serta pembengkakan di leher.

Beberapa hal diketahui bisa menjadi faktor yang memperparah penyakit ini seperti kebiasaan mengonsumsi ikan asin, makanan yang diawetkan, merokok dan juga polusi lingkungan. Dan pasien terbanyak ditemukan pada usia produktif yaitu 40-50 tahun. 


Sumber Baca Selanjutnya...

Asap Dapur dan Dupa Bisa Memicu Kanker Nasofaring

img
Kanker nasofaring mungkin masih belum familiar dimasyarakat. Beberapa hal diketahui bisa menjadi pemicu, salah satunya adalah sirkulasi asap dapur yang buruk serta asap dari dupa.

"Asap dapur kalau sirkulasinya tidak bagus dan juga asap dupa bisa memicu kanker nasofaring, karena ia merangsang nasofaring untuk produksi berlebih," ujar Prof Dr dr R Susworo, SpRad (K) Onk.Rad disela-sela acara promosi doktor atas nama Drs Yurnadi, MKes di Ruang Sena Pratista Sutomo Tjokronegoro, FKUI, Rabu (1/6/2011).

Prof Susworo menuturkan kanker nasofaring merupakan penyakit genetik yang multifaktorial, yaitu dipengaruhi oleh genetik, lingkungan dan juga makanan yang dikonsumsi. Serta beberapa faktor risiko dari penyakit ini adalah ras (ras mongoloid diketahui lebih rentan), infeksi EBV (Epstein-Barr Virus) dan makanan.

Makanan yang diduga bisa mempengaruhi atau memicu kanker nasofaring adalah makanan yang diawetkan seperti ikan asin, difermentasi, diasapi dan dibakar karena mengandung senyawa nitrosamin yang merupakan karsinogenik (senyawa penyebab kanker).

Pada ikan asin, zat nitrosamin dihasilkan karena dalam proses pengasinan dan penjemurannya, sinar matahari bereaksi dengan nitrit pada daging ikan sehingga membentuk senyawa nitrosamin.

"Umumnya tidak ada gejala yang khas dari kanker nasofaring, kalau pilek-pilek atau berdarah itu dianggap seperti hal yang biasa oleh masyarakat," ujar Prof Susworo dari Departemen Radiologi FKUI.

Tapi sebagian besar masyarakat baru akan memeriksakan dirinya ke dokter jika kondisinya sudah parah seperti matanya juling atau adanya pembengkakan di leher (karena sudah bermetastatis atau menyebar ke leher) yang menandakan sudah masuk ke stadium lanjut.

Untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker nasofaring, biasanya disarankan ke dokter spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan) untuk diperiksa tenggorokannya, jika ditemukan massa (benjolan) biasanya akan dilakukan biopsi untuk mendeteksi lebih lanjut.

"Jika kanker ditemukan dalam stadium dini maka bisa disembuhkan dan untuk tingkat kekambuhannya sekitar 15 persen jika saat ditemukan pada stadium 1 atau 2," ungkapnya.

Untuk di Indonesia kanker nasofaring masuk ke dalam 10 besar kanker yang sering ditemukan setelah leher rahim (serviks), payudara, hati dan paru-paru, tapi kalau dari bagian THT maka kanker nasofaring ini masih nomor 1. 


Sumber Baca Selanjutnya...

Sering Makan Ikan Asin plus Nasi Panas = Kanker Tenggorokan?

img
Makan ikan asin dengan nasi panas adalah kenikmatan tersendiri buat banyak masyarakat Indonesia apalagi ditambah dengan sambal terasi. Tapi hati-hati di balik kenikmatannya ada ancamannya, karena jika keseringan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker tenggorokan.

"Ikan asin yang dimakan dengan nasi panas kelihatannya memang enak, tapi itu bisa menyebabkan kanker nasofaring (tenggorokan)," jelas DR Dr Aru Sudoyo,SpPD,KHOM,FACP, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), disela-sela acara Seminar Awan Kanker Kolorektal di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (1/10/2010).

Kenapa ikan asin memicu kanker?

Menurut DR Aru, ikan asin itu mengandung nitrosamin yang merupakan karsinogen (zat pemicu kanker). Ini karena dalam proses pengasinan dan penjemurannya, sinar matahari bereaksi dengan nitrit pada daging ikan sehingga membentuk senyawa nitrosamin.

Nah, kalau ditambah dengan nasi panas yang masih mengepul, maka uap-uap nasi itu, menurut DR Aru akan membawa nitrosamin ke pori-pori kulit khususnya daerah mulut, leher dan tenggorokan.

Akhirnya, jika keseringan makan ikan asin dan nasi panas bisa memicu kanker nasofaring (kanker tenggorokan atau THT) dalam kurun waktu lama atau timbul jika kekebalan tubuh rendah.

Maka itu anak-anak disarankan tidak mengonsumsi ikan asin karena kekebalan tubuhnya masih rendah. Jika dari kecil sudah sering makan ikan asin maka ketika dewasa lebih rentan terkena kanker nasofaring.

Garam sendiri, jelas DR Aru, merupakan salah satu makanan yang dapat menaikkan tekanan darah dan juga memicu atau meningkatkan risiko kanker.

"Tidak heran kalau Jepang merupakan negara tertinggi penderita kanker lambung, karena orang-orang Jepang suka sekali makan garam, makanan apa aja semua digaramin," tutur DR Ari lebih lanjut.

Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker tenggorokan adalah penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT (telinga hidung tenggorokan), kepala serta leher.

Kanker nasofaring disebabkan oleh beberapa faktor risiko antara lain adanya paparan virus Epstein-Barr. Virus ini sebenarnya umum menginfeksi setiap orang, tapi nitrosamin akan membuat virus ini menjadi aktif dalam kurun waktu yang cukup lama.

Dilansir dari Medicinenet, gejala-gejala kanker nasofaring antara lain sebagai berikut:
  1. Benjolan di hidung atau leher
  2. Sakit di tenggorokan
  3. Kesulitan bernapas atau berbicara
  4. Mimisan (hidung berdarah)
  5. Mengalami gangguan pendengaran
  6. Sakit atau terasa dengung di telinga
  7. Sakit kepala
Sumber
Baca Selanjutnya...

Cara Gampang Memulai Percakapan

Mungkin terlihat sepele, tetapi pembicaraan bisa jadi hal yang menyeramkan untuk orang yang pemalu. Karena memulai pembicaraan dengan orang yang sama sekali asing bagi sebagian orang adalah hal yang mendebarkan. Berikut adalah tips untuk memulai percakapan, ketika suasana sudah mulai garing dan Anda bisa mendengar helaan napas seseorang di sebelah Anda itu.

Mulai dari yang kecil
Ada saat ketika Anda tak punya pilihan untuk memulai percakapan dengan orang yang ada di sebelah Anda. Misal, saat makan siang, yang sudah tiba di ruang makan baru Anda dan salah satu pegawai yang sudah lebih lama bekerja di sana. Hal semacam ini sebenarnya merupakan kesempatan bagi Anda untuk menambah kenalan. Yang perlu ditanamkan dalam pikiran Anda adalah untuk tidak menilai bicara dengan rekan kerja sebagai tugas yang berat. Hal ini akan membuat tekanan di pikiran Anda teralihkan. Jadilah diri Anda sendiri.

Sue Thompson, pelatih etiket dari Set Free Life Seminars menyarankan Anda untuk menggunakan aturan 3 bulanan. Dalam arti, mulailah dengan sesuatu yang pernah Anda kerjakan dalam waktu 3 bulan terakhir atau perencanaan yang ingin Anda lakukan dalam 3 bulan ke depan. Akan lebih baik jika dalam kegiatan tersebut orang yang diajak bicara juga terlibat. Namun, jika tidak, pembicaraan mengenai sesuatu mengenai Anda pun sudah cukup. Misal, rencana untuk mengecat ulang rumah, rencana untuk berlibur, atau rencana lainnya. Selain akan membuat Anda merasa nyaman untuk membicarakan topik ini, orang yang diajak bicara pun bisa menyampaikan pendapat atau pengalamannya mengenai hal tersebut.

Lynne Eisaguirre, penulis We Need to Talk: Tough Conversations With Your Boss, menyarankan untuk mengajukan pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang dimulai dengan siapa, apa, di mana, dan kapan. Pertanyaan-pertanyaan ini akan mengalirkan pembicaraan ketimbang pertanyaan yang bisa dijawab hanya dengan "ya" atau "tidak".

Percakapan adalah jembatan untuk hubungan yang lebih erat antara dua orang. Usir godaan untuk duduk diam seribu bahasa padahal ada orang di dekat Anda. Selalu usahakan untuk menciptakan pembicaraan. Hubungan kerja Anda adalah kesejahteraan Anda di tempat kerja.

Dengarkan
Percakapan berisi dari dialog. Ketika satu orang sedang bicara, yang lainnya mendengarkan. Jika tidak, yang ada hanyalah dua orang yang menunggu giliran berbicara, dan tak ada pertukaran ide. Mendengarkan dalam sebuah percakapan, sama pentingnya dengan bicara, terang Lynne Sarikas, direktur MBA Career Center di Northeastern University's College of Business Administration.

Ada ujar-ujar yang menyatakan, “Ada alasan mengapa manusia memiliki 2 telinga dan 1 mulut; yakni agar kita bisa mendengarkan lebih sering ketimbang bicara”. Tunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara Anda dengan mendengarkan seksama apa yang mereka katakan. Caranya, dengan mengerti ucapan mereka, baik dengan ucapan mengulang kata terakhir mereka, atau dengan anggukan sudah cukup sopan. Lontarkan pertanyaan untuk membuat mereka menyadari, bahwa Anda menyimak omongannya. Sebut namanya. Jangan menginterupsi ketika mereka bicara.

Hanya karena seseorang memiliki jabatan lebih tinggi dari Anda, tak berarti Anda harus belajar segalanya lagi dari awal. Hanya diperlukan sedikit kepercayaan diri untuk mau berusaha bicara dengan orang lain.

Berikut tips untuk mengingatnya:
* Bicarakan tentang sesuatu yang Anda ketahui
Untuk memulai pembicaraan, Anda bisa menggunakan topik pekerjaan, keluarga, hobi, atau peristiwa terbaru (asal tak terlalu kontroversial). Biarkan pembicaraan mengalir dari sana.

* Dengarkan
Pastikan Anda mengijinkan orang lain untuk bicara. Jangan lupa untuk memerhatikan arah pembicaraan. Jika mereka terlihat atau terdengar tak tertarik untuk membicarakan topik seputar pekerjaan, tapi terlihat tertarik saat Anda menyebut akan mengadopsi anak anjing, ikuti arahnya.

* Personal
Dalam pekerjaan, tak jarang Anda harus berhadapan dengan orang yang sama berulang-ulang. Hal ini memang bisa mempererat hubungan. Tetapi sayangnya, hal ini juga membatasi Anda untuk mengenal kolega yang lain. Jika Anda kebetulan memiliki kesempatan berada dalam lokasi yang sama dengan seseorang yang belum Anda kenal di kantor, gunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Berkenalanlah dengan orang tersebut untuk memperluas kontak Anda.

* Memulai percakapan
Jangan malu untuk membuka percakapan dengan teman sekantor. Tak pernah ada salahnya, asal Anda tak mengatakan hal-hal yang mengganggunya. Siapa tahu dengan percakapan kecil beberapa menit tersebut, Anda bisa bekerja sama dan saling membantu di masa depan.


Sumber Baca Selanjutnya...

5 Langkah Jitu Memulai Percakapan dengan Lawan Jenis

img
Memulai perbincangan dengan sesama jenis, tidak membuat wanita menjadi cemas. Namun, berbeda ketika menghadapi lawan jenis, seringkali muncul rasa grogi. Apalagi Anda menaruh hati padanya, keringat dingin dan gugup sering kali langsung menyerang.

Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika harus memulai percakapan dengan lawan jenis. Kuasai triknya, dan Anda akan dapat menikmatinya. Seperti apakah triknya? Berikut ini kiat-kiatnya yang dilansir dari buku karangan Mien R. Uno, 'Etiket Sukses Membawa diri di segala kesempatan':

1. Jangan Minder
Hilangkan rasa minder, takut atau segan. Cobalah untuk lebih santai. Kalimat seperti 'hai' dan 'apa kabar' dapat menjadi pembuka yang netral dan tidak berlebihan.

2. Bicarakan topik yang sama-sama diminati
Cara ini dapat menghubungkan Anda dengannya. Jika ternyata Anda bekerja di perusahaan yang sama namun beda kantor, mungkin Anda bisa membicarakan pekerjaan. Jika ternyata tidak, pancinglah dengan perbincangan ringan. Begitu Anda mengetahui minatnya, Anda bisa langsung mengembangkan pembicaraan.

3. Percakapan harus dua arah
Anda tidak bisa mengambil alih semua pembicaraan. Ingatlah bahwa suatu percakapan adalah komunikasi dua arah. Kedua pihak berperan sebagai pembicara sekaligus pendengar yang baik. Masing-masing harus memberi kesempatan untuk dapat mengungkapkan pendapat. Pekalah dengan isyaratnya jika dia tidak menyukai sebuah topik atau pertanyaan tertentu.

4. Jangan langsung menanyakan masalah pribadi
Misalnya bertanya apakah dia sudah punya pasangan atau belum. Bila merasa perlu memberi tahu statusnya, dia pasti akan menyatakan secara tidak langsung. Seperti, "Oh tadi pagi aku sempat mengantarkan pacarku ke kantornya.."

5. Bicara dengan nada yang direndahkan
Bukan berarti Anda bicara sangat pelang sampai tidak terdengan atau bicara dengan gaya 'sok imut'. Yang perlu dihindari adalah berbicara dengan nada tinggi, agar kata-kata yang kelaur dari bibir Anda tidak menyentak-nyentak.



Sumber
Baca Selanjutnya...