Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Selamat beribadah puasa. Mohon maaf lahir dan bathin.

Minggu, 24 April 2011

Mencegah Kegemukan Akibat Pertambahan Usia

Coba lihat foto diri Anda dan teman-teman Anda sekitar 10 tahun lalu. Pada saat Anda masih kuliah, atau baru mulai bekerja, pasti sebagian besar dari Anda terlihat jauh lebih langsing. Seiring berjalannya waktu, Anda mulai menambah berat badan sedikit demi sedikit. Pertambahan usia tampaknya memberi pengaruh besar pada bobot badan.


Menurut situs Health, perempuan akan menambah berat sekitar 1 kg per tahun antara usia 18-30 tahun. Jika dijumlahkan, dalam kurun 12 tahun itu berat Anda akan bertambah sekitar 12 kg!

Tidak sulit mengetahui apa penyebab pertambahan berat badan di rentang usia ini, demikian menurut Penny Gordon-Larsen, PhD, profesor bidang nutrisi di Gillings School of Global Public Health di University of North Carolina, Chapel Hill. “Ketika Anda membuat transisi tersebut pada masa dewasa muda, Anda beralih ke gaya hidup yang lebih santai," tuturnya pada Health.

Penyebab yang lain mungkin bisa Anda tebak. Anda menghabiskan waktu untuk duduk di kantor selama 40-45 jam seminggu (sambil ikut ngemil ketika ada yang membawa donat, pizza, gorengan, atau martabak). Anda menikah (dimana rasa tenang karena sudah punya pasangan kerap disalahkan sebagai penyebab kegemukan), punya anak, makin banyak waktu untuk ke restoran cepat saji, namun tak punya waktu lagi untuk berolahraga. 

Meskipun begitu, pertambahan berat badan sebaiknya tak usah dianggap sebagai kutukan. Anda bisa kok, mencegahnya.

* Selalu makan secukupnya saja. Anda boleh saja makan makanan yang enak-enak, tetapi pastikan Anda tidak makan berlebihan. Sederhana saja, kan? Ketika Anda sedang mencoba menu-menu di restoran baru, tak usah tergoda untuk menghabiskan makanan. Bila Anda memang sudah kenyang, berhentilah makan. Anda bisa membungkus sisa makanan untuk dimakan di rumah.

* Jangan termakan iklan atau tren. Misalnya, televisi sedang gencar menayangkan iklan minuman-minuman masa kini, seperti soft drink atau minuman bersoda, fruit punch, minuman buah, atau minuman berkalori tinggi lain yang diberi tambahan pemanis.  Anda perlu hati-hati, karena kalori cair lebih berpengaruh terhadap berat badan daripada kalori padat, lho.

* Katakan "tidak" pada kue-kue di kantor. Aduh... siapa yang tahan melihat orang lain asyik menikmati donat, cake, spekoek, atau pizza? Boleh sih, sesekali ikut merayakan kebahagiaan teman dengan menikmati kue-kuenya. Tetapi, jangan membuat kue ulang tahun ini sebagai ritual yang harus selalu dijalani. Anda bayangkan saja bagaimana cake itu dibuat. Di dalamnya ada unsur telur dan mentega sekian persen. Kalau Anda takut makan telur ceplok atau telur rebus sebutir tiap hari karena takut kolesterol, mengapa Anda tidak takut makan cake yang dibuat dari 8 butir telur untuk membuatnya terasa lembut di lidah? Lagipula, kalau Anda mengatakan "tidak, terima kasih" saat ditawari makanan, memangnya ada yang peduli? Mungkin mereka malah senang karena jatah kue tidak berkurang.

* Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga bukan monopoli atlet atau orang yang mengalami kegemukan. Justru dengan berolahraga sejak tubuh masih langsing, Anda lebih mudah mempertahankan berat sehat. Dengan berolahraga teratur Anda juga tidak perlu terlalu ketat membatasi makanan. Anda tidak perlu bergabung dengan pusat kebugaran untuk ikut aerobik atau treadmill. Jogging saja dimana ada jogging track. Aktivitas berlari juga bisa mengencangkan tubuh, memperkuat daya tahan, dan meningkatkan kesehatan Anda.

Sumber
Baca Selanjutnya...

Mau Langsing, Minum Air Sebelum Makan

Manfaat meminum air putih secara rutin bagi kesehatan dan kecantikan memang tidak terbantahkan. Riset terbaru menunjukkan, meminum air sebelum makan dapat membantu menurunkan berat badan.


Studi para ahli dari Virginia Tech, Amerika Serikat mengungkapkan, para wanita yang menjalankan program diet mampu menurunkan rata-rata 2,7 kilogram bobotnya lebih banyak jika meminum air putih dua atau tiga gelas sehari sebelum makan. Penelitian ini telah diuji selama 12 minggu pada 48 orang dewasa dengan rentang usia 55 sampai 75 tahun, yang terbagi dalam dua kelompok.

Kelompok pertama mengikuti diet rendah kalori, tapi tidak minum air tambahan sebelum makan. Kelompok kedua mengikuti diet rendah kalori tapi minum dua gelas air sebelum menyantap makanan.

Menurut Dr Brenda Davy yang memublikasikan riset ini pada National Meeting of the American Chemical Society in Boston, meski air putih bisa membuat anda kenyang tanpa menambah kalori, tapi terlalu banyak minum air pun tidak disarankan karena dapat mengakibatkan problem kesehatan yang serius.

Tidak Berkalori Berdasarkan hasil penelitian selama 12 minggu, mereka yang minum air putih sebelum makan kehilangan sekitar 7 kilogram, sementara yang tak meminum air putih sebelum makan hanya turun 5 kilogram saja.

Bahkan sebuah riset sebelumnya menemukan, responden usia paruh baya dan lansia yang minum dua gelas air putih sebelum makan, maka jumlah asupan yang mereka makan berkurang 75 hingga 90 kalori dibanding tidak mengkonsumsi air putih sebelum makan.

Menurut Davy, penelitian itu merupakan uji coba terkontrol pertama yang dilakukan secara acak untuk melihat pengaruh konsumsi air terhadap diet. Davy bilang, alasan mengapa air putih sangat efektif terhadap proses penurunan berat badan karena air putih membuat kenyang tetapi tak berkalori.

"Orang harus lebih memilih minum air putih dan membatasi minuman manis yang berkalori tinggi. Ini adalah cara sederhana untuk menjaga berat badan," kata Davy.

Memilih minuman diet atau jenis lainnya yang berpemanis buatan, lanjut Davy, juga dapat membantu mengurangi asupan kalori dan menurunkan berat badan.

Sumber
Baca Selanjutnya...

Obesitas Penyebab Kelima Kematian di Dunia

Obesitas atau kegemukan menyebabkan 10,3 persen dari angka kematian dunia. Menurut WHO, angka tersebut menempati peringkat kelima penyebab utama kematian di dunia. Secara global, 1,6 miliar kaum dewasa kegemukan dan 400 juta di antaranya mengalami obesitas.


Sementara ketidakaktifan fisik berada di urutan keempat penyebab kematian dunia. Padahal, 31 persen masyarakat dunia dari semua umur dan 60 persen sampai 85 persen kaum dewasa di dunia tidak aktif secara fisik.

Di Indonesia, kini 19,1 persen orang berusia di atas 15 tahun menderita obesitas. Sementara 19,8 persen memiliki perut buncit atau obesitas sentral dan 48,2 persen masyarakat berusia di atas 10 tahun kekurangan aktivitas.

Selama ini, banyak orang mengetahui akan bahaya kegemukan dan obesitas. Namun, hanya sedikit yang menyadari betapa berbahayanya ketidakaktifan fisik . Dari data WHO, ketidakaktifan fisik terkait erat dengan 3,2 juta kematian per tahun, 70.000 kematian dini bagi masyarakat di bawah usia 60 tahun di seluruh dunia, dan 90 persen kecacatan sebelum usia 60 tahun di negara-negara berkembang.

Perilaku tidak aktif antara lain duduk bersandar dan berbaring di luar waktu tidur, menonton televisi, bermain video game, dan bekerja di depan komputer. Seluruh kegiatan tersebut dapat menyebabkan penyakit karena terlalu lama duduk yakni sitting disease.

Menurut American Cancer society, 94 persen perempuan dan 48 persen pria yang tidak aktif dan duduk lebih dari enam jam sehari memiliki risiko lebih besar mengidap penyakit degeneratif yang menyebabkan kematian daripada mereka yang tidak aktif atau duduk kurang dari tiga jam per hari.

Dari berbagai riset, terbukti tidak aktif atau duduk dalam jangka waktu lama akan mematikan aktivitas otot, memperlambat sirkulasi, dan mematikan aneka enzim pemecah trigliserida.

Untuk itu, pusat kebugaran Fitness First meluncurkan program Lose it yang mengajak orang untuk hidup sehat dan memerangi kegemukan.

Jangan langsung menargetkan harus turun belasan atau puluhan kilogram dan berlatih hingga dua jam. Siapa pun pasti bosan dan akan menyerah. Lebih baik berlatih dan bergerak rutin serta terus meningkatkan intensitas waktu latihan. Misalnya, semula hanya 10-20 menit dan terus bertambah menjadi dua jam. Itu lebih efektif dan akhirnya berat tubuh akan turun, kata Dave Nuku, Regional Fitness Manager Fitness First dan pelatih tim bi ru di program The Biggest Loser Asia di Jakarta, Kamis (23/2).

Menurut pelatih asal Selandia Baru itu, lebih baik mengajak tubuh dan pikiran untuk secara bertahap menyukai dan membutuhkan olahraga dan aktivitas fisik lainnya sehingga tubuh terbiasa selalu memilih cara dan jalan yang sehat. Jika terbiasa begitu, mereka pasti akan memilih makanan sehat dan yang diolah secara sehat demi menjaga kebugaran dan kesehatannya, ujar Nuku.

Sumber
Baca Selanjutnya...

Orang Gemuk di Asia Rentan Kanker

Ini adalah peringatan bagi mereka yang memiliki tubuh gemuk. Hasil suatu studi besar di Asia menyatakan mereka yang kelebihan berat badan atau pun mengidap obesitas lebih mungkin meninggal akibat kanker dibandingkan mereka yang berbobot normal.

Kegemukan dinilai sebagai salah satu faktor risiko beberapa jenis kanker di Barat. Tapi sampai kini belum jelas apakah obesitas menimbulkan risiko yang sama bagi orang Asia.

Riset pun dilakukan untuk mengetahui kaitan obesitas dan kanker di Asia. Para ahli melibatkan 401.215 orang di China, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Australia dan Selandia Baru dalam penelitian selama empat tahun.

Hasil studi menyatakan, dibandingkan responden berbobot normal, para mengidap obesitas menghadapi kemungkinan 21 persen lebih besar untuk meninggal akibat kanker. Sementara mereka yang kelebihan berat badan menghadapi kemungkinan enam persen lebih tinggi.

Riset juga menyatakan, responden yang kegemukan sangat rentan terhadap beberapa jenis kanker seperti kanker usus, rektum, payudara, indung telur, serviks, prostat dan leukemia.   "Mereka yang kelebihan berat badan dan obesitas di wilayah Asia-Pasifik mengalami peningkatan risiko secara signifikan meninggal akibat kanker," tulis para peneliti dalam jurnal The Lancet Oncology, Rabu (30/6/2010).

"Strategi baru sangat dibutuhkan untuk menangani epidemi obesitas di Asia guna mencegah peningkatan beban kanker di wilayah ini," ungkap kelompok peneliti yang dipimpin Christine Parr dari University of Oslo di Norwegia.

Dalam beberapa dekade terakhir, memang terjadi peningkatan pesat jumlah orang yang kegemukan di banyak negara Asia. Fenomena ini dipicu oleh meningkatnya kesejahteraan serta urbanisasi. Mereka yang pindah ke kota besar menjadi kurang gerak dan gemar menyantap makanan yang mengandung lemak.

Sumber
Baca Selanjutnya...

Orang Indonesia Kian Pendek dan Gemuk

Pola konsumsi makanan yang tak berimbang menyebabkan struktur tubuh anak-anak Indonesia semakin tidak ideal. Jika tidak segera diatasi, karakter fisik manusia Indonesia ke depan adalah pendek dan gemuk.

”Tubuh pendek terkait kondisi ekonomi, sedangkan gemuk berhubungan dengan pola makan seseorang,” kata Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Minarto dalam Seminar Gizi Lebih: Ancaman Tersembunyi Masa Depan Anak Indonesia di Jakarta, Rabu (20/4).

Data Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan 2009 menunjukkan, konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru mencapai 60 persen dari jumlah yang dianjurkan. Badan pendek disebabkan kurangnya asupan pangan hewani. Adapun kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi makanan yang mengandung minyak dan lemak serta padi-padian.

Berdasarkan penelitian Atmarita dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, tinggi badan anak laki-laki Indonesia pada umur 5 tahun rata-rata kurang 6,7 sentimeter dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3 sentimeter. Anak umur 5 tahun seharusnya memiliki tinggi badan 110 sentimeter.

”Kurangnya konsumsi pangan hewani akan membuat kurangnya sejumlah zat gizi mikro yang menjadi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak,” kata Minarto. Konsumsi pangan hewani tidak dapat digantikan jenis bahan pangan lain. Jenis pangan ini dapat diperoleh dari daging, aneka jenis ikan, dan telur.

Kasus kegemukan meningkat

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi kegemukan anak balita Indonesia mencapai 14 persen, dengan rincian prevalensi 14,9 persen dari keluarga kaya dan 12,4 persen dari keluarga miskin. Jumlah anak balita kegemukan meningkat karena survei serupa pada 2007 menunjukkan prevalensi anak balita kegemukan baru 12,2 persen. Kasus kegemukan paling banyak terjadi tahun 2010, yaitu di Jakarta dengan 19,6 persen.

Dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, Saptawati Bardosono, mengungkapkan, penumpukan lemak pada pinggang, yang biasanya dialami orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak.

Selain akibat pola makan yang keliru, yaitu banyaknya konsumsi susu dan makanan manis, kegemukan juga disebabkan kurangnya aktivitas fisik karena anak terlalu banyak menonton televisi dan berkegiatan di dalam rumah yang sempit. Salah jika ada anggapan yang mengatakan bahwa anak gemuk adalah anak yang lucu dan sehat.

Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Rini Sekartini, menambahkan, kegemukan meningkatkan risiko penyakit terkait jantung dan pembuluh darah, diabetes, kanker, kelainan otot, serta kelainan pernapasan.


Sumber Baca Selanjutnya...